Seorang gadis gelandangan kecil terkagum-kagum kepada patung Dewi Aphrodite yang diletakkan di tengah taman kota. Sang dewi nampak sangat anggun dengan pandangan matanya, senyumnya, dan cara berdirinya. Si gadis kecil memandangi cara sang dewi memandang, dan dia mencoba menirukannya. Dia meninggalkan patung itu dan pergi sembari terus menirukan cara sang dewi pujaannya memandang.
Beberapa hari kemudian, si gadis kecil kembali ke taman itu dan memperhatikan cara sang dewi cinta itu tersenyum. Gadis kecil itu mencoba menirukan berkali-kali di depan sang dewi. Setelah dia merasa mampu tersenyum seperti Aphrodite, dia meninggalkan patung yang terus tersenyum itu.
Setelah beberapa waktu, si gadis gelandangan datang lagi ke taman kota, memperhatikan cara sang dewi berdiri. Berkali-kali dia mencoba menirukan cara berdiri yang anggun itu.
Tak lama kemudian muncullah seorang gadis gelandangan yang bertingkah laku persis seperti tingkah laku Dewi Aphrodite, anggun dan berwibawa. Seorang bangsawan kaya kemudian mengangkatnya menjadi anak. “Seorang yang dilahirkan dalam keluarga bangsawanpun belum tentu bisa berperilaku seperti Dewi Aphrodite. Tetapi gadis gelandangan ini mampu. Dia adalah seorang bangsawan bukan karena kelahirannya tetapi karena kelakuannya,” kata sang bangsawan.
Sebuah patung dapat mengubah seorang gadis gelandangan menjadi seorang gadis bangsawan, karena sang gadis memandang dan menirukan si patung. Kristus lebih lagi. Dia dapat mengubah karakter dan perilaku orang yang memandang dan menirukan Dia. Kristus dapat mengubah dari satu kemuliaan kepada kemuliaan yang lain yang semakin besar. (david solafide)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar